Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Hari demi hari kita lalui, hingga
kita bertemu dengan Jum'at kembali. Sebuah hari yang agung, sayyidul
ayyam, yang penuh dengan barakah dari Allah SWT. Maka keimanan yang
dianugerahkannya kepada kita, ditambah dengan kesehatan yang kita miliki
merupakan nikmat yang luar biasa besarnya.
Terhadap segala
nikmat yang dianugerahkan Allah Azza Wa Jalla, berlaku sebuah kaidah
pelipatgandaan. Syaratnya: mensyukuri nikmat-nikmat itu.
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim : 7)
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Gerhana
bulan yang terjadi kemarin malam, menandakan bahwa hari ini kita tengah
berada di pertengahan bulan Rajab 1433 H. Ini artinya, tidak lama lagi
kita akan berjumpa dengan tamu agung, tamu istimewa; Ramadhan yang
mulia.
Ada dua buah do'a yang hampir sama. Yang satu sampai
kepada kita melalui Imam Ahmad dan yang satu melalui Al Baihaqi dan
Thabrani
Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta berkahilah kami dalam bulan Ramadhan (HR. Ahmad).
Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan (HR. Al-Baihaqi dan Thabrani).
Hadits
yang kedua ini, yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, umumnya adalah
hadits yang lebih populer dan lebih kita hafal daripada yang pertama.
Namun, hadits ini dinilai dha'if oleh Al-Albani.
Meskipun, hadits
kedua itu adalah hadits dha'if, dan kita tidak berani memastikan bahwa
itu adalah doa Rasulullah SAW yang diajarkannya kepada para sahabat
beliau, setidaknya kita kemudian mengetahui bahwa itu adalah doa
orang-orang shalih. Doa yang menyadarkan kita betapa orang-orang shalih
terdahulu biasa menyambut Ramadhan jauh-jauh hari sebelumnya; bahkan
ketika masih berada di bulan Rajab. Maka, semangat menyambut Ramadhan
itulah yang juga harus ada dalam jiwa kita, bahwa di pertengahan Rajab
1433 H ini, kita telah menyediakan ruang suka cita dalam dada kita untuk
bertemu dengan Ramadhan.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Lalu
bagaimana bentuk penyambutan kita kepada Ramadhan, khususnya Ramadhan
1433 H yang akan datang? Tentu, kita tidak boleh menyambut Ramadhan
dengan ritual-ritual khusus yang tidak ada contohnya dari Rasulullah
SAW, karena itu justru akan menjerumuskan kita ke dalam bid'ah.
Rasulullah SAW bersabda :Barangsiapa mengerjakan amalan (ibadah) yang tidak ada perintahnya dariku, maka ia tertolak. (HR. Bukhari)
Jika
di satu sisi sebagian masyarakat kita –yang jumlahnya semakin
berkurang, alhamdulillah- menyambut Ramadhan dengan ritual yang tidak
pernah diperintahkan Rasulullah, sebagian lain –yang jumlahnya jauh
lebih besar- acuh tak acuh dengan Ramadhan, bersikap biasa seolah-olah
tak ada yang istimewa, atau bahkan kurang suka Ramadhan karena beratnya
puasa. Kita berlindung kepada Allah dari keduanya.
Bagi muslim
yang ideal, menyambut Ramadhan adalah sebuah kenikmatan tersendiri,
namun ia menyambutnya dengan proporsional. Dalam suka cita, ia
mempersiapkan diri sebaik-baiknya sehingga bisa beramal di bulan
Ramadhan dengan sebaik-baiknya.
Ada empat persiapan yang kita perlukan dalam menyambut bulan Ramadhan, khususnya Ramadhan 1433 H ini:
Pertama, persiapan ruhiyah
Persiapan
ruhiyah yang kita perlukan adalah dengan cara membersihkan hati dari
penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas.
Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya:
Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya (QS. Asy-Syams : 9)
Maka
dalam waktu satu setengah bulan ke depan kita perlu melakukan evaluasi
diri, muhasabah, apakah penyakit-penyakit aqidah masih bersarang dalam
diri kita.
Sungguh sangat rugi, jika kita susah payah beramal,
namun masih ada kesyirikan yang bersemayam dalam diri kita. Tak peduli
sebesar apapun amal kita, jika kita syirik, menyekutukan Allah, maka
amal-amal kita tidak akan diterima.
Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al Zumar: 65)
Setelah
melakukan muhasabah, selanjutnya kita bermujahadah untuk menghilangkan
penyakit-penyakit itu. Alangkah indahnya saat Ramadhan tiba dan kita
benar-benar dalam kondisi ikhlas menapaki hari-hari istimewa yang dibawa
oleh tamu mulia itu.
Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri
kita sepanjang Ramadhan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin
kita memperoleh ampunan Allah SWT.
Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih)
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, persiapan kedua dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan fikriyah.
Agar
Ramadhan kita benar-benar efektif, kita perlu membekali diri dengan
persiapan fikriyah. Sebelum Ramadhan tiba sebaiknya kita telah membekali
diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan
amaliyah di bulan Ramadhan. Tentang kewajiban puasa, keutamaan puasa,
hikmah puasa, syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa,
serta sunnah-sunnah puasa. Juga tarawih, i'tikaf, zakat, dan sebagainya.
Untuk itu kita bisa mengkaji Fiqih Sunnah-nya Sayyid Sabiq, Fiqih Puasa-nya Dr. Yusuf Qardahawi, dan lain-lain.
Inilah
rahasia mengapa Imam Bukhari membuat bab khusus dalam Shahih-nya dengan
judul Al-Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-Amal (Ilmu sebelum Ucapan dan Amal).
Tanpa ilmu bagaimana kita bisa beramal selama bulan Ramadhan dengan
benar?
Pemahaman ilmu syar'i ini juga merupakan tanda kebaikan
yang dikehendaki Allah terhadap seseorang. Karenanya Rasulullah SAW
bersabda :
Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan kebaikan maka ia difahamkan tentang (ilmu) agama (Muttafaq 'Alaih)
Persiapan ketiga dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan jasadiyah.
Ramadhan
membutuhkan persiapan jasadiyah yang baik. Tanpa persiapan memadai kita
bisa terkaget-kaget bahkan ibadah kita tidak bisa berjalan normal. Ini
karena Ramadhan menciptakan siklus keseharian yang berbeda dari
bulan-bulan sebelumnya. Kita diharapkan tetap produktif dengan pekerjaan
kita masing-masing meskipun dalam kondisi berpuasa. Kita juga akan
melakukan ibadah dalam porsi yang lebih lama dari sebelumnya. Shalat
tarawih, misalnya.
Karenanya kita perlu mempersiapkan jasadiyah
kita dengan berolah raga secara teratur, menjaga kesehatan badan, dan
kebersihan lingkungan. Di sini, logika akal bertemu dengan keutamaan
syar'i dalam hadits nabi:
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)
Persiapan keempat dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan maliyah, persiapan harta.
Persiapan
maliyah yang diperlukan dalam menyambut bulan Ramdhan bukanlah untuk
membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk Idul Fitri, dan
lain-lain. Kita justru memerlukan sejumlah dana untuk memperbanyak
infaq, memberi ifthar (buka puasa) orang lain dan membantu orang yang
membutuhkan. Tentu saja bagi yang memiliki harta yang mencapai nishab
dan haul wajib mempersiapkan zakatnya. Bahkan, jika kita mampu berumrah
di bulan Ramadhan merupakan ibadah yang bernilai luar biasa; seperti
nilai haji bersama Rasulullah SAW.
KHUTBAH KEDUA
Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah,
Salah satu tuntunan Allah SWT adalah mensegarakan amal kebaikan dan upaya mendapatkan ampunan. Sebagaimana firman-Nya:
Dan bersegeralah menuju ampunan dari
Tuhanmu dan surga-Nya yang luasnya seluas langit dan bumi; disediakan
bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Ali Imran : 133)
Maka
demikian pula kita mensegerakan diri dalam menyambut Ramadhan dengan
persiapan ruhiyah, fikriyah, jasadiyah dan maaliyah kita.
Semoga
dengan upaya kita mempersiapkan diri dalam menyambut Ramadhan 1433 H
ini, Allah SWT berkenan mempertemukan kita dengan Ramadhan, lalu
memberikan taufiq kepada kita untuk mendapatkan keberkahan Ramadhan itu.
Selama sebulan penuh kita beramal di bulan suci lagi mulia itu,
disertai dengan rahmat dan ampunan Allah SWT, hingga menjadikan kita
diridhai-Nya lalu dianugerahi surga.